Dalam perjalanan hidup, pastinya setiap orang pernah merasakan sakit hati atau kecewa karena perlakuan seseorang. Beberapa dari kita mungkin bisa memaafkan dan melupakan, namun tidak sedikit pula yang memilih untuk memendam dendam dalam hatinya. Dendam mungkin terasa sebagai bumbu drama yang hanya ada di layar kaca, namun pada nyatanya, dendam bisa terjadi di dalam hubungan interpersonal kita sehari-hari.
Membawa dendam dalam hati tidak hanya menyiksa diri sendiri tetapi juga bisa mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Lebih jauh lagi, izin ini dapat mengganggu kesejahteraan mental dan juga kesehatan fisik seseorang. Namun, tidak semua orang yang memendam dendam dapat dengan mudah dikenali. Mereka mungkin tidak secara terbuka menunjukkan kemarahannya, namun ada tanda-tanda yang bisa kita perhatikan untuk mengetahui apakah seseorang memendam dendam dalam hatinya.
Menghindari Interaksi
Seseorang yang memendam dendam biasanya akan menghindari interaksi sebisa mungkin dengan orang yang menjadi sasaran dendamnya. Ini termasuk menghindari percakapan, tidak berada di tempat yang sama, atau bahkan memblokir dari media sosial. Penghindaran ini adalah pertanda kuat bahwa mereka tidak berkeinginan untuk berkomunikasi atau bahkan mendengar tentang orang tersebut.
Sikap Dingin dan Tidak Ramah
Apabila mereka terpaksa berada dalam situasi yang sama dengan orang yang mereka dendam, sikap yang ditampilkan biasanya dingin dan tidak ramah. Tidak ada senyum ataupun respons positif dari mereka, dan mereka cenderung melakukan komunikasi seminimal mungkin.
Menyimpan dan Menceritakan Kembali Kejadian yang Membuat Sakit Hati
Salah satu pertanda orang yang memendam dendam yaitu cenderung untuk menyimpan dan menceritakan kembali kejadian yang membuat sakit hati kepada orang lain, berulang-ulang kali. Hal ini menunjukan bahwa mereka tidak dapat melupakan kejadian tersebut dan masih menyimpannya dalam hati.
Sikap Pasif-agresif
Seseorang yang memendam dendam dapat menunjukkan sikap pasif-agresif. Artinya, meskipun mereka tidak menunjukkan kemarahan secara terbuka, mereka tetap menemukan cara untuk meluapkannya, baik itu melalui komentar sarkastik, humor yang menyindir, atau tindakan yang mungkin mengganggu atau merugikan orang yang menjadi target dendam.
Permintaan Maaf tidak Pernah Cukup
Dalam situasi dimana perdamaian mungkin sedang diupayakan, orang yang benar-benar memendam dendam sering kali merasa bahwa permintaan maaf tidak cukup untuk melupakan kejadian tersebut. Mereka mungkin terus-menerus membutuhkan lebih dari apa yang bisa ditawarkan, atau bahkan sikap mereka tidak berubah meskipun telah menerima permintaan maaf.
Bersikap Defensif atau Sensitif Berlebih terhadap Orang Tertentu
Seseorang yang memendam dendam biasanya memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan oleh orang yang menjadi target dendamnya. Mereka bisa menjadi sangat defensif atau mudah terluka oleh komentar-komentar yang bahkan tidak dimaksudkan untuk menyakiti.
Menggali dan Menyebar Cerita Negatif tentang Orang Tersebut
Tanda lainnya adalah cenderung menggali dan bahkan menyebar cerita negatif mengenai orang yang mereka dendamkan. Hal ini tidak lain adalah upaya untuk membuat orang lain melihat secara negatif terhadap orang tersebut, seringkali sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan atau simpati atas dendam yang mereka rasakan.
Tidak Ingin Orang Lain Berbaik kepada Si Sasaran Dendam
Dalam beberapa kasus, orang yang memendam dendam mungkin juga cenderung tidak nyaman atau tidak setuju jika melihat orang lain berhubungan baik atau memberikan kebaikan pada sasaran dendam mereka. Ini merupakan pertanda mereka masih merasakan sakit dan tidak ingin orang tersebut mendapatkan simpati.